Hari ini kita telah memasuki bulan Muharram tahun 1435
Hijriah. Seakan tidak terasa, waktu berjalan dengan cepat, hari berganti hari,
pekan, bulan, dan tahun berlalu silih berganti seiring dengan bergantinya siang
dan malam. Bagi kita, barangkali tahun baru ini tidak seberapa berkesan karena
negara kita tidak menggunakan kalender Hijriah, tetapi Masehi. Dan yang akrab
dalam keseharian kita adalah hitungan kalender Masehi. Tanggal lahir,
pernikahan, masuk dan libur kantor dan sebagainya. Akan tetapi sebagai seorang
muslim kita perlu untuk sejenak menghayati beberapa hal yang terkait dengan
penanggalan Islam ini. Beberapa hal yang seyogyanya kita jadikan renungan itu
adalah :
1. Syukur
atas Usia yang diberikan Allah
Umur adalah nikmat yang diberikan Allah pada kita, dan
jarang kita syukuri. Betapa banyak orang yang kita kenal, baik teman, sahabat ,
keluarga, guru, atau siapa pun yang kita kenal, tahun lalu masih hidup bersama
kita. Bergurau, berkomunikasi, mengajar, menasehati atau melakukan aktifitas
hidup sehari-hari, namun tahun ini dia telah tiada. Sementara kita saat ini
masih diberi Allah kesempatan untuk bertaubat, memperbaiki kesalahan yang kita
perbuat, menambah amal shaleh sebagai bekal menghadap Allah. Umur yang kita
hitung pada diri kita seringkali kita tetapkan berdasarkan hitungan kalender
Masehi. Dan hitungan atau jumlah usia kita tentu akan lebih sedikit bila
dibandingkan dengan hitungan yang mengacu pada kalender hijriyah. Sementara,
lepas dari masalah ajal yang akan datang menjemput sewakatu-waktu, terkadang
kita menganggap usia kita yang dibanding Rasulullah saw. yang wafat pada usia
63 tahun, kita merasa masih jauh dari angka itu. Padahal bisa jadi hitungan
umur kita telah lebih banyak dari yang kita tetapkan. Karena itu sangat tidak
layak apabila seseorang yang masih diberi kesehatan, kelapangan rizki dan
kesempatan untuk beramal lalai bersyukur pada Allah dengan mengabaikan
perintah-perintahNya serta sering melanggar larangan-laranganNya.
2. Muhasabah
(introspeksi diri) dan istighfar.
Ini adalah
hal yang penting dilakukan setiap muslim. Karena sebuah kepastian bahwa waktu
yang telah berlalu tidak mungkin akan kembali lagi, sementara disadari atau
tidak kematian akan datang sewaktu-waktu dan yang bermanfaat saat itu hanyalah
amal shaleh. Apa yang sudah dilakukan sebagai bentuk amal shaleh? Sudahkah
tilawah al-Qur'an, sedekah dan dzikir. Kita menghapuskan kesalahan- kesalahan yang kita lakukan?
Malam-malam yang kita lewati, lebih sering kita
gunakan untuk sujud kepada Allah, meneteskan air mata keinsyafan ataukah lebih
banyak untuk begadang menikmati tayangan-tayangan sinetron, film dan sebagainya
dari televisi? Langkah-langkah kaki kita, kemana kita gunakan? Dan sebagainya.
Pertanyaan-pertanyaan semacam ini selayaknya menemani hati dan pikiran seorang
muslim yang beriman pada Allah dan Hari Akhir, lebih-lebih dalam suasana
pergantian tahun seperti sekarang ini. Pergantian tahun bukan sekedar
pergantian kalender di rumah kita, namun peringatan bagi kita apa yang sudah
kita lakukan tahun lalu, dan apa yang akan kita perbuat esok.
3. Mengenang
Hijrah Rasulullah saw
Sebenarnya dalam kitab Tarikh Ibnu Hisyam dinyatakan
bahwa keberangkatan hijrah Rasulullah dari Mekah ke Madinah adalah pada akhir
bulan Shafar, dan tiba di Madinah pada awal bulan Rabiul Awal. Jadi bukan pada
tanggal 1 Muharram sebagaimana anggapan sebagian orang. Sedangkan penetapan
Bulan Muharram sebagai awal bulan dalam kalender Hijriyah adalah hasil
musyawarah pada zaman Khalifah Umar bin Khatthab ra tatkala mencanangkan
penanggalan Islam. Pada saat itu ada yang mengusulkan Rabiul Awal sebagai awal
tahun ada pula yang mengusulkan bulan Ramadhan. Namun kesepakatan yang muncul
saat itu adalah bulan Muharram, dengan pertimbangan pada bulan ini telah bulat
keputusan Rasulullah saw untuk hijrah pasca peristiwa Bai'atul Aqabah, dimana
terjadi bai'at 75 orang Madinah yang siap membela dan melindungi Rasulullah
SAW, apabila beliau datang ke Madinah. Dengan adanya bai'at ini Rasulullah pun
melakukan persiapan untuk hijrah, dan baru dapat terealisasi pada bulan Shafar,
meski ancaman maut dari orang-orang Qurais senantiasa mengintai beliau.
4. Beberapa Keutamaan Bulan Muharram
a. Bulan
Haram
Muharram, yang merupakan bulan pertama dalam Kalender
Hijriyah, termasuk diantara bulan-bulan yang dimuliakan (al Asy- hurul Hurum).
Dalam hadis yang dari shahabat Abu Hurairah ra,
Rasulullah saw bersabda :
"Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati : 3 bulan berturut-turut; Dzul Qo'dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumada tsaniah dan Sya'ban." (HR. Bukhari dan Muslim).
"Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati : 3 bulan berturut-turut; Dzul Qo'dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumada tsaniah dan Sya'ban." (HR. Bukhari dan Muslim).
b. Bulan
Allah
Bulan Muharram merupakan suatu bulan yang disebut
sebagai "syahrullah" (Bulan Allah) sebagaimana yang disampaikan
Rasulullah SAW, dalam sebuah hadits Bersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ
شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ. (رواه مسلم (
"Puasa
yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah (yaitu)
Muharram. Sedangkan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah
shalat malam". (H.R. Muslim).
c. Sunnah
Berpuasa
Di bulan Muharram ini terdapat sebuah hari yang
dikenal dengan istilah Yaumul 'Asyuro, yaitu pada tanggal sepuluh bulan ini.
Asyuro berasal dari kata Asyarah yang berarti sepuluh. Pada hari Asyuro ini,
terdapat sebuah sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW. kepada umatnya untuk
melaksanakan satu bentuk ibadah dan ketundukan kepada Allah Ta'ala. Yaitu
ibadah puasa, yang kita kenal dengan puasa Asyuro.
Adapun hadis-hadis yang menjadi dasar ibadah puasa
tersebut, diantaranya :
Diriwayatkan
dari Abu Qatadah ra, Rasulullah saw, bersabda :
صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ
عَلَى اللَّهِ أَنْ يُــكَفِّرَ السَّــنــَةَ الَّـتِي قـَــــبْلَهُ. (رواه مسلم
(
" Aku
berharap pada Allah dengan puasa Asyura ini dapat menghapus dosa selama setahun
sebelumnya." (H.R. Bukhari dan Muslim).
Wallahu
a’lam bishshowab.
(red).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar